Puisi Ons Untoro
Kepada Hari Leo
Telah pergi ke sunyi-ruri
Di tempat yang tak dikenali
tapi melalui puiai
kita bersatu hati
Untukmu seni member arti
seperti tetes air di gua sepi
walau hidup tak mengakrabi
kesungguhan memenuhi hati
Jarak kita tak lagi bisa ditempuh
demi sastra kamu penuh peluh
walau dirimu hidup menjauh
seperti pencari ikan melempar jauh
Telah pergi ke sunyi-ruri
dari puisi hidupmu berarti
Kepada Masroom Bara
Hari lebaran kedua tengah malam
kamu pergi ke rumah tuhan
dan di kubur di makam seniman
Banyak peran telah ia mainkan
teater, sinetron dan layar lebar
Masroom Bara tidak bisa dengan peran
Entah apa yang ia perankan
ketika ia dipanggil tuhan
Kepada Sutyanto
Sastroatmaja
Seperti angin yang tak pernah berhenti
Suryanto menulis sampai pagi
Sejarah budaya ia genapi
Ingatannya seperti ensiklopedi
Sejak muda tak lepas dari kata
Kepada anak muda ia menguatkan cipta
Sesekali duduk mengalir beribu kata
Dalam dirinya tersimpan berjuta kata
Suryanto tak bisa lepas dari sepeda
Kakinya mengayuh angannya melalui benua
Seperti laut yang menerima segala
Suryanto adalah alamat untuk bertanya
Seperti kata menemukan makna
Suryanto telah menuju ke tiada
Tak Lagi Tahu di Mana
Tinggal
:Ragil Suwarno Pragolapati
Mencarimu di tumpukan dokumen
Tak menemuimu terselip
Mencarimu di panggung sastra
Hanya namamu yang tersisa
Mencarimu di antara anak muda
Namamu tak lagi dilupa
Di mana kamu mengambil tempat
Laut tak memberi alamat
Tak lagi tahu di mana tinggal
Tapi namamu masih dikenal
Kepada Hendro Suseno
Wajahmu pucat di kanvas
Tapi senyummu penuh bahagia
Kepada siapa saja bersahabat
Tak ada beda, tak ada sekat
Karya terakhir adalah protretmu
Tanpa kanvas dan pigura
Penuh pesona di hadapan Tuhan
Sungguh kita merasa kehilangan
Wajahmu tak lagi di kanvas
Padamu ingatanku tak pernah lepas
Kepada Arwan Tuti
Arta
Tubuhmu penuh kata
Sebab hidupmu mendapat berkah
Seperti embun menetes pagi hari
Hidup dijelajahi penuh kreasi
Seperti tungku tak ada arti tanpa api
Kamu merangkai kata member arti
Ketika sabda dating tiba-tiba
Kamu menerima tanpa berkata-kata
Kamu pergi kepada hidup yang memiliki kata
Kepada Panji Patah
Seperti kuda di belantara
Kamu terus mengejar berita
Meski tak terikat media
Karena hidup tidak bisa ditunda
Jarak ditempuh kaki melangkah
Hanya kadang menggunakan sepeda
Berita dan tulisan hasil karyanya
Di bawah ia tuliskan Panji Patah
Panji sudah lama pergi ke rumah Illahi
Karena jantungnya tak lagi berfungsi
Yogyakarta, 2013
No comments:
Post a Comment